Dunia Masih Melihat Indonesia Lewat Bayangan Jokowi di Era Prabowo

Gambar: Ilustrasi Prabowo Jokowi | pribumiID/Carpol/Gemini Ai
Gambar: Ilustrasi Prabowo Jokowi | pribumiID/Carpol/Gemini Ai
banner 468x60

Kesalahan penyebutan nama Prabowo jadi “Jokowi” di KTT ASEAN 2025 bukan sekadar kekeliruan teknis — itu cermin persepsi global yang belum beralih dari era kepemimpinan Jokowi.

DI hadapan para pemimpin dunia di KTT ASEAN ke-47, Malaysia melakukan blunder diplomatik yang tak biasa: Presiden Indonesia Prabowo Subianto dipanggil sebagai Joko Widodo.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Kesalahan ini terjadi dalam sesi penyambutan resmi di Kuala Lumpur Convention Centre (KLCC), saat Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyambut para kepala negara peserta konferensi.

“Yang terhormat Presiden Indonesia Joko Widodo,” kata sang pembawa acara, dikutip Carpol dari berbagai sumber, Senin, 27 Oktober 2025/ 5 Jumadil Awal 1447 H.

Momen itu memang cepat berlalu, tapi gema politiknya bisa panjang, terlebih di era digital saat ini.

Di ruang diplomasi, nama Jokowi masih menjadi “brand” Indonesia di mata dunia.

Di level ASEAN, benak orang masih melihat kontinuitas antara kebijakan luar negeri Prabowo dan fondasi Jokowi.

RTM, lembaga penyiaran publik Malaysia, segera meminta maaf secara resmi atas kekeliruan itu.

Mereka menyebut penyiar salah menyebut nama presiden karena kesalahan teknis dalam siaran langsung.

Tapi pengakuan itu tak menutup fakta bahwa publik internasional masih cenderung mengaitkan Indonesia dengan figur Jokowi, meski pemerintahan kini sudah berganti.

Dalam konteks ini, “bayangan Jokowi” masih melekat kuat pada citra diplomasi Indonesia.

Dunia belum sepenuhnya mengenal gaya Prabowo di forum internasional.

Padahal, dalam forum KTT ASEAN ke-47 yang bertema “Inklusivitas dan Keberlanjutan”, Prabowo hadir disebut membawa agenda berbeda — lebih tegas dalam isu pertahanan kawasan dan eksplorasi energi nuklir damai di Asia Tenggara.

KTT ASEAN 2025 ini juga menandai momen penting lain: Timor Leste resmi diterima sebagai anggota ke-11 ASEAN.

Malaysia sebagai tuan rumah ingin menekankan arah baru ASEAN menuju kerjasama ekonomi inklusif dan transisi energi bersih.

Namun, di tengah pembahasan strategis itu, sorotan sebagian publik malah tertuju pada satu hal: salah panggil yang mengingatkan dunia bahwa “politik personalitas” di Asia Tenggara masih kuat.

Sepatutnya, peristiwa kecil ini menjadi wake-up call diplomatik terutama dengan Malaysia.

Prabowo perlu lebih kuat membangun simbolisme internasionalnya sendiri agar tak lagi dilihat sebagai penerus bayangan Jokowi, tapi sebagai pemimpin dengan narasi dan arah kebijakan yang distingtif.

Dunia butuh tahu bahwa “Indonesia pasca-Jokowi” bukan sekadar kontinuitas, tapi bab baru dengan karakter berbeda.

Satu hal tak terbantahkan adalah; Jokowi telah menanamkan jejak global yang dalam, hingga kesalahan penyebutan nama di panggung ASEAN pun terasa seperti pesan simbolik.

Dunia masih menatap Indonesia, tapi melalui kaca lama — kaca yang memantulkan bayangan Jokowi. Bukan siluet Prabowo tapi siluet Jokowi.[]

Oleh:

GusDus Torus Indonesia

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60