37 Negara Sedang Berperang: Dunia 2025 dalam Kekacauan Global

(Foto: Ilustrasi perang)
banner 468x60

CARAPOLITIK.COM | Per September 2025, sebanyak 37 negara sedang berada dalam kondisi perang.

Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan cermin dari dunia yang makin rapuh.

Negara-negara yang terjebak konflik itu mencakup raksasa militer seperti Rusia dan Ukraina, hotspot Timur Tengah seperti Israel dan Palestina, negara Afrika rapuh seperti Sudan, Chad, Burkina Faso, hingga negara Amerika Latin seperti Meksiko dan Kolombia.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Laporan resmi terkait data negara-negara yang sedang berperang ini dikeluarkan oleh World Population Review.

Medan perang terbentang dari gurun Sahara hingga perbatasan Afghanistan-Pakistan, dari jalanan Port-au-Prince di Haiti hingga kota-kota hancur di Gaza dan Donetsk. Hampir setiap benua punya titik api.

Data terbaru menunjukkan situasi ini berlangsung konsisten hingga September 2025.

Ragam konflik menunjukkan wajah dunia yang retak: 12 negara dihantam perang saudara, 19 negara dicekik pemberontakan teroris, 2 negara terjebak perang narkoba (Meksiko dan Kolombia), 1 negara dilanda perang geng (Haiti), 1 negara perang etnis (Sudan Selatan), dan 1 negara konflik perbatasan (Pakistan-Afghanistan). Dua konflik paling eksplosif tetap sama: Rusia vs Ukraina serta Israel vs Palestina.

Akar konflik berbeda—dari politik identitas, ekstremisme agama, perebutan sumber daya, kegagalan pemerintahan, hingga perebutan kendali ekonomi ilegal seperti narkoba.

“Statistik perang global menunjukkan beragamnya konflik, mulai dari perang saudara berkepanjangan di Myanmar hingga perang narkoba di Meksiko, masing-masing dengan penyebab dan konsekuensi yang unik,” tulis laporan itu sebagaimana dikutip carapolitik.com, Selasa malam, 16 September 2025/25 Rabiul Awal 1447 H.

Namun yang lebih mengkhawatirkan: konflik bersenjata ini berlangsung paralel dengan instabilitas politik di negara-negara yang seharusnya demokratis.

Amerika Serikat riuh dengan No Kings Demonstration.

Inggris dan Australia dihadapkan pada aksi massa menolak mass migration.

Turki menghadapi lebih dari 2 juta pendemo pro-oposisi.

Nepal dilanda demonstrasi berdarah akibat ketidakpuasan publik.

Indonesia pun tak lepas, dengan protes berhari-hari di berbagai daerah melawan kebijakan negara dan parlemen yang dianggap mengecewakan.

Peta ini menunjukkan paradoks: negara-negara rapuh berperang dengan senjata, sementara negara-negara mapan berperang dengan rakyatnya sendiri.

Bedanya hanya pada cara, bukan pada dampak.

Keduanya sama-sama menggerogoti tatanan global.

Analisis politiknya jelas: dunia bergerak ke arah multipolar yang penuh gejolak, tanpa kekuatan dominan yang mampu mengendalikan situasi.

Amerika sibuk dengan krisis domestik, Eropa sibuk dengan migrasi dan inflasi, sementara Asia dan Afrika menjadi ajang perebutan pengaruh.

Pertanyaannya bukan lagi apakah konflik global bisa mereda, melainkan seberapa cepat Ia akan meluas.

Beberapa pihak meyakini bahwa reset dalam skala pribadi maupun entitas sedang berlangsung di berbagai negara. Puncaknya diprediksi terjadi pada 21 September 2025.[]

 

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60